Akhirnya Anjingku Menjadi Korban
Namaku Marni, aku berumur 30 tahun, suamiku bernama Ferry, berumur 35 tahun, dia bekerja sebagai tenaga ahli pada sebuah perusahaan pengeboran minyak lepas pantai. Kebanyakan waktu kerjanya berada di atas Riq, yaitu suatu tempat yang dibangun di tengah laut, untuk pengeboran mencari sumber minyak baru. Waktu kerjanya adalah 2 minggu di atas Riq, diikuti 1 minggu cuti di darat, demikian berkelanjutan. Sehingga kalau Mas Ferry sedang bertugas, maka aku tinggal sendirian di rumah ditemani oleh pembantu kami, Mbok Minah yang telah berumur 55 tahun dan telah mengikuti kami sejak kami menikah, serta seekor anjing herder jantan besar dan galak sebagai penjaga rumah. Anjing herder ini diberikan oleh seorang expatriate yang berasal dari Italy, yang telah kembali ke negerinya karena telah habis kontrak. Pada waktu bertugas di Indonesia, expatriate Italy tersebut tinggal di rumah besar kontrakannya di daerah Cipete berdua dengan istrinya yang berumur 27 tahun. Istrinya mempunyai tubuh yang sangat seksi dan aku telah mengenalnya cukup akrab, karena setiap suami-suami kita sedang bertugas, kami sering saling mengunjungi untuk berbagi waktu.
Pengalamanku yang berhubungan dengan lelaki, tidak terlalu banyak dan sebelum bertemu dengan Mas Ferry, aku tidak terlalu banyak bergaul dengan lelaki lain, karena biarpun aku termasuk wanita yang berparas cantik dengan badan yang menurut teman-teman dekatku termasuk seksi, akan tetapi entah mengapa, setiap kali ada cowok yang bermaksud lebih dari sekedar teman, aku langsung mengambil jarak. Aku tidak tahu bagaimana mula-mula bisa dekat dengan Mas Ferry yang kebetulan adalah teman abangku, biarpun memang setiap kali Mas Ferry tidak bertugas di Riq, dia selalu bermain di rumahku, tapi toh hubungan kami biasa-biasa saja. Hanya saja tiba-tiba sekitar 5 tahun lalu, Mas Ferry mengemukakan maksudnya untuk menikahiku kepada kedua orang tuaku dan entah karena bujukan orang tua dan kakakku, ataupun karena memang aku juga telah menaruh simpati kepada Mas Ferry selama ini, akhirnya aku menyetujui dan kami segera melangsungkan pernikahan kami. Pada waktu malam pertama kami itu, aku mulai tahu bagaimana enaknya hubungan kelamin antara pria dan wanita, setelah selesai resepsi pernikahanku.
Kuingat pada hari itu setelah selesai resepsi pernikahan kami, yang dilakukan pada siang hari, kami berdua beserta rombongan keluarga kembali ke rumah baru kami. Rombongan keluarga kami, pada jam 8 malam kembali ke rumah mereka masing-masing, sehingga akhirnya aku dan Mas Ferry hanya tinggal berdua saja di rumah kami itu. Pada saat itu Mbok Minah, pembantu rumah kami itu belum ada, karena kupikir apa-apa di rumah dapat dikerjakan sendiri. Aku mandi duluan sebab badanku sudah merasa gerah setelah seharian sibuk dengan acara pesta yang padat itu.
Setelah selesai mandi dengan mengenakan daster, aku duduk di ruang keluarga sambil menonton TV. Kemudian Mas Ferry yang pada saat itu hanya bercelana pendek, kusuruh mandi. Mas Ferry untuk ukuran umum dapat dikatakan termasuk tampan. Warna kulitnya agak gelap kehitaman, pada wajahnya ada tumbuh rambut halus di dagu dan dadanya cukup bidang dengan tinggi badan berkisar 175 cm, otot-ototnya menonjol kuat.
Setelah selesai mandi Mas Ferry dengan santai duduk di sebelahku sambil ikut mengawasi televisi yang remotenya masih di tanganku, "Mar, apakah kamu capai?" tanya Mas Ferry. "Tidak Mas, memangnya ada apa?" jawabku lugu, karena memang aku sesungguhnya tidak menyadari apa yang seharusnya dilakukan oleh sepasang pengantin baru. Rupanya Mas Ferry yang telah sangat bernafsu, mendengar jawabanku itu, tanpa ba bi Bu segera menarik badanku dan membekapku erat-erat dan sebelum aku menyadari benar apa yang sedang terjadi, kedua tangan Mas Ferry dengan cepat segera menguak dasterku dan sekalian ditariknya lepas BH-ku sehingga kedua buah dadaku yang ranum segera seolah-olah melompat keluar. Mas Ferry terpesona melihat bentuk buah dadaku yang indah, yang warna kuning langsat dengan bulatan kecil coklat tua kemerahan, serta puting kecil menantang di ujungnya.
Aku mula-mula mencoba memberontak, akan tetapi aku segera sadar bahwa sekarang aku adalah istri dari Mas Ferry. Badanku segera dipeluknya dan disandarkan pada sandaran sofa, mulutnya langsung menuju puting susuku, kurasakan lidahnya lincah bergerak menjilat-jilat puting susuku, menimbulkan suatu perasaan aneh, geli yang tidak dapat kulukiskan, yang menjalar keseluruhan badanku. Hal ini membuat aliran darahku bertambah cepat dan badanku tiba-tiba merasa panas, puting susuku terasa semakin mengeras, sesekali kurasakan gigitan kecil gigi Mas Ferry menggores putingku. Pada bagian perutku kurasakan ada benda yang membonggol besar mendesak dan menekan hebat. Bibirku juga tak luput dari lumatannya, terasa habis dilumat bibirku, sampai aku tak bisa bernafas, aku mulai berkeringat dan tiba-tiba tangan kanannya mulai meluncur ke bawah menuju ke arah kemaluanku yang masih tertutup dengan CD, diselipkan tangannya di antara pahaku. Aku agak terkejut, sehingga otomatis kedua pahaku kututup rapat-rapat dan kedua tanganku memeluk Mas Ferry erat-erat, Mas Ferry semakin gencar saja melakukan aktivitasnya, kemudian ditarik dasterku sampai terlepas dan perlahan-lahan celana dalamku dilucuti juga sambil tersenyum.
Setelah itu dengan sigap direnggangkannya kedua pahaku, sehingga dengan leluasa Mas Ferry dapat melihat kemaluanku yang padat dengan bulu hitam keriting, tangannya mengocek kemaluanku yang sudah agak basah itu dengan halus, kemudian dimasukkannya jari tengah perlahan-lahan ke dalam lubang kemaluanku, sedangkan ibu jari dan jari jempolnya menekan bibir-bibir kemaluanku, membuka jalan dengan meminggirkan rambut kemaluanku. Klitorisku terasa kaku, sambil jari-jarinya bermain-main di kemaluanku, mulutnya menjilat dan menyedot buah dadaku sampai aku kegelian dan tiba-tiba dia berhenti menyedot buah dadaku dan badannya melongsor ke lantai dan kini Mas Ferry jongkok diantara kedua pahaku, yang dengan perlahan-lahan dikuakkan, sehingga terbuka dan kepalanya dimajukan kearah pangkal pahaku dan kurasakan mulutnya sudah menempel pada kemaluanku.
Merasakan lidahnya yang basah dan hembusan nafasnya pada pangkal pahaku membuatku menggelinjang kegelian, lebih-lebih ketika kurasakan lidahnya menyapu bersih ruang dalam kemaluanku yang telah basah itu, sambil tangan kanannya ikut membantu memainkan klitorisku. "Aaagghh.. Maass.. aduuh..!" aku mengerang-erang dan mengeliat-geliat kegelian, tapi dia tidak mempedulikannya, diteruskan aktivitasnya mempermainkan klitorisku.
Selang sesaat, aku disuruhnya duduk di lantai, diantara kedua kaki Mas Ferry yang duduk di atas sofa dan aku sangat kaget melihat benda bulat besar yang terletak diantara kedua paha Mas Ferry yang tegak menghadap ke atas, batang kemaluan Mas Ferry sungguh dahsyat, seperti batang kemaluan pemain blue film yang pernah dahulu satu kali kulihat di video yang diputar di rumah seorang teman wanitaku. Panjangnya kurang lebih 17 cm dengan kepalanya batang kemaluannya bulat besar seperti topi baja tentara dan batang batang kemaluannya berdiameter 3 cm, dilingkari oleh urat-urat yang menonjol. Mas Ferry hanya tersenyum saat melihat mataku yang terbelalak itu, sambil memegang batang kejantanannya dan digerak-gerakkan dengan tangannya, dia mengambil tanganku dan disuruhnya aku memegang batang kemaluannya. Alamak.. tanganku tak cukup melingkar pada batang kemaluannya yang besar dan panjang itu. Dalam posisi Mas Ferry duduk seperti itu, batang kemaluannya memanjang di atas perutnya sampai mencapai pusarnya. Aku merinding dan takut juga melihatnya benda panjang, bulat berwarna hitam mengkilap mendongak seperti belut besar itu.
Tanpa sadar badanku menggelinjang dan terasa ngilu pada perut bagian bawahku, membayangkan benda tersebut menerobos masuk ke dalam liang kewanitaanku yang kecil dan masih sempit itu. "Kenapa kok diplototin seperti itu!" tanyanya. "Eh.. aku heran kok, kayak gini besarnya ya? apa cukup nggak ya ini masuk ke dalam punyaku nanti?" jawabku sambil tetap memegangnya. Belum selesai aku melanjutkan omonganku, ditekan kepalaku ke arah perutnya dan disorongkan ujung batang kemaluannya ke mulutku, dan.. eehmm, mulutku tak muat menampung semua batang kemaluannya ke dalam. Kurasakan aneh juga seperti sedang mengulum es cream horn saja, aku mencoba melakukan seperti apa yang pernah kulihat pada VCD porno itu, aku mencoba memainkan lidahku dan mulutku maju mundur, sehingga batang kemaluannya menyembul tenggelam dalam mulutku. Tangannya juga tidak tinggal diam menggapai semua bagian tubuhku yang sensitif, sehingga aku semakin terangsang.
Aku mencoba menjilat-jilat pula buah zakarnya, pada ujung batang kemaluannya, kurasakan ada cairan bening sedikit cukup manis dan agak asin terus kuhisap sambil mencoba memasukkan kepala batang kemaluan Mas Ferry ke dalam mulutku, sampai mulutku tak mampu lagi menahan besarnya batang kemaluan Mas Ferry itu.
Setelah puas aku mencium batang kemaluannya dan mengisap-isap kepala batang kemaluannya, sampai mulutku terasa capek, kemudian.. "Mar, coba kamu tengkurap di pinggir sofa dan pegangi ujung sofa itu", perintahnya. Aku tidak mengerti maunya Mas Ferry, tapi kulakukan saja perintahnya, badanku setengah tengkurap di sofa dan kedua lututku berlutut di lantai sehingga pantatku terbuka, agak menungging ke atas. Tiba-tiba kurasakan batang kemaluan Mas Ferry dipukul-pukulkan pada pantatku sehingga aku kegelian, kemudian Mas Ferry menempatkan kepala batang kemaluannya menempel pada bibir kemaluanku dari belakang, rupanya Mas Ferry sudah akan melakukan penetrasi.
"Mass.. pelan-pelan yaa! jangan sampai sakit.. itunya Mas kan sangat besar!"
"Jangan takut yaangg.." dengan perlahan-lahan Mas Ferry mendorong batang kemaluannya, sehingga terasa kepala batang kemaluannya masuk sebagian dan terjepit oleh kedua bibir liang kewanitaanku yang masih ketat itu. Perutku tertekan pada pinggir sofa dan kedua tangan Mas Ferry memegang pinggulku dengan erat-erat, sehingga pantatku tidak dapat digerakan untuk menghindari tekanan batang kemaluannya pada liang senggamaku, Mas Ferry melanjutkan tekanannya ke lubang kemaluanku sehingga terasa lubang kemaluanku terkuak dan dipenuhi oleh benda besar, kepala batang kemaluannya tertahan oleh sempitnya lubang kemaluanku, dia mencoba mendorong lagi dan gagal untuk menerobos masuk.
"Aaah.. seret sekali ya, untuk menembus ke dalam.. susah juga kalo perawan", omongnya, akan tetapi Mas Ferry tidak kehilangan akal diambilnya hand & body lotion dan dioleskan pada kepala kemaluannya yang besar itu dan ke seluruh batangnya, kemudian dia mencoba lagi menekan secara perlahan-lahan sambil tangan satunya memegang batang kemaluannya dan tangannya yang lain membuka belahan pantatku. Perlahan-lahan tapi pasti kepala batang kemaluannya mulai menerobos masuk ke dalam liang kewanitaanku yang kecil dan masih sempit, aku agak panik sebab kurasakan agak pedih pada bagian dalam kemaluanku.
"Maass, udah ah.. nggak bisa masuk.. terlalu besar sih", pintaku.
"Sebentar.. tahan dulu ya.. ini udah nyampe sepertiga lho!" jawabnya sambil dengan tiba-tiba kedua tangannya memeluk bagian perutku dan menariknya ke atas dan seluruh berat badannya menekan punggungku serta pantatnya didorong ke depan menempel pada pantatku. Akibatnya seluruh batang kemaluannya mendesak masuk ke dalam lubang kemaluanku dan, "Ssreet.. sret.. sreett." Aku pun menjerit lirih, "Aaauu.. aduuhh!" aku menjerit dengan keras karena, kurasakan bagian bawahku seakan-akan terbelah dan batang kemaluan Mas Ferry terasa tembus ke perutku hingga terasa di kerongkonganku. Kedua tangan Mas Ferry tetap mendekap perutku dengan kuat, sehingga biarpun aku menggelepar-gelepar dengan kuat tetap saja batang kemaluannya bisa menerobos keluar masuk liang kewanitaanku.
Dengan pasti dan teratur Mas Ferry menggerak-gerakan pantatnya maju mundur sehingga lama-kelamaan batang kemaluannya mulai lancar keluar masuk pada kemaluanku. Aku mulai merasa kegelian yang tak tertahan, karena setiap kali batang kemaluannya ditekan ke dalam lubang kemaluanku, klitorisku ikut tertekan masuk, sehingga terasa sangat nikmat tergesek batang batang kemaluannya yang berurat itu.
"Aduhh.. eengg.. eennaak.. aahh.. aduuhh.. Mass.. teeruuskaan.. Mass!". Terasa lubang kemaluanku terisi penuh sehingga napasku menjadi ngos-ngosan. Akhirnya seluruh badanku bergetar dengan hebat sehingga tersentak-sentak, aku mencapai orgasme dengan dahsyat dan cairan licin membanjir dari dalam liang kewanitaanku, "Ooohh.. oohh.. aaduuhh.. eenaakk" dan kurasakan kenikmatan itu menyambung terus saat batang kemaluan Mas Ferry maju mundur di celah liang kewanitaanku. Setelah kenikmatan yang dahsyat itu melandaku, aku terkapar dengan lemas di sofa.
Kemudian Mas Ferry menepuk pantatku dan membalikkan badanku menghadap padanya, sehingga sekarang aku telentang di atas sofa dengan pantatku terletak di pinggir sofa dan kedua kakiku terjulur di lantai. Mas Ferry menguak kedua kaki lebar-lebar dan jongkok diantara kedua pahaku. Tangan kirinya menekan pinggulku dan ibu jari dan jari telunjukya menguak bibir kemaluanku, sedangkan tangan kanannya memegang batang kemaluannya yang ditempatkan pada bibir kemaluanku. Kepala batang kemaluannya digosok-gosokan sebentar pada bibir kemaluanku, juga pada klitorisku, sehingga aku mulai terangsang lagi dan badanku mulai menggelinjang. Melihat itu Mas Ferry mulai menekan masuk batang kemaluannya ke dalam kemaluanku, setelah itu Mas Ferry menggenjot batang kemaluannya keluar masuk, buah dadaku dibiarkan bergerak bebas mengikuti irama dorongan pantat Mas Ferry, sementara tangan Mas Ferry memegang pinggulku dan menariknya ke atas, pantatnya tetap bekerja maju mundur.
Saat batang kemaluan masuk, badanku terasa tertusuk geli tak karuan. Sesekali juga Mas Ferry menciumi buah dadaku sambil batang kemaluannya terus bergerak keluar masuk kemaluanku. Aku mulai merespon lagi dan berusaha dengan menggerakkan pantatku memutar ke kiri dan kanan. Batang kemaluan Mas Ferry terjepit dan terpelintir mengikuti gerakan pantatku, dia pun mulai mengerang dengan kuat. Dipegangnya kedua buah dadaku kuat-kuat dan ditarik masukkan batang kemaluan besarnya berulang-ulang sampai aku mulai kewalahan.
"Aaahh.. Maarr.. aku mau keluar niihh!" erangnya, kupercepat menggoyang pantatku karena aku tak mau menyia-nyiakan keadaan ini, aku ingin juga memberikan pada Mas Ferry kepuasan maksimal dan, "Aaahh.. aduuhh.. oohh!", diikuti oleh, "Ssreet.. sreett.. sreet.. croott.. croott.." Mas Ferry menekan kuat-kuat pantatnya, sehingga seluruh batang kemaluannya terbenam ke dalam kemaluanku dan buah pelernya menempel ketat pada lubang anusku. Aku merasa sangat geli dan terangsang dan kurasakan semprotan hangat air mani Mas Ferry menyemprot ke dalam liang kewanitaanku dan saking banyaknya terasa penuh liang kewanitaanku sehingga sebagian terasa mengalir keluar membasahi anusku dan menetes di sofa.
Pengalamanku yang berhubungan dengan lelaki, tidak terlalu banyak dan sebelum bertemu dengan Mas Ferry, aku tidak terlalu banyak bergaul dengan lelaki lain, karena biarpun aku termasuk wanita yang berparas cantik dengan badan yang menurut teman-teman dekatku termasuk seksi, akan tetapi entah mengapa, setiap kali ada cowok yang bermaksud lebih dari sekedar teman, aku langsung mengambil jarak. Aku tidak tahu bagaimana mula-mula bisa dekat dengan Mas Ferry yang kebetulan adalah teman abangku, biarpun memang setiap kali Mas Ferry tidak bertugas di Riq, dia selalu bermain di rumahku, tapi toh hubungan kami biasa-biasa saja. Hanya saja tiba-tiba sekitar 5 tahun lalu, Mas Ferry mengemukakan maksudnya untuk menikahiku kepada kedua orang tuaku dan entah karena bujukan orang tua dan kakakku, ataupun karena memang aku juga telah menaruh simpati kepada Mas Ferry selama ini, akhirnya aku menyetujui dan kami segera melangsungkan pernikahan kami. Pada waktu malam pertama kami itu, aku mulai tahu bagaimana enaknya hubungan kelamin antara pria dan wanita, setelah selesai resepsi pernikahanku.
Kuingat pada hari itu setelah selesai resepsi pernikahan kami, yang dilakukan pada siang hari, kami berdua beserta rombongan keluarga kembali ke rumah baru kami. Rombongan keluarga kami, pada jam 8 malam kembali ke rumah mereka masing-masing, sehingga akhirnya aku dan Mas Ferry hanya tinggal berdua saja di rumah kami itu. Pada saat itu Mbok Minah, pembantu rumah kami itu belum ada, karena kupikir apa-apa di rumah dapat dikerjakan sendiri. Aku mandi duluan sebab badanku sudah merasa gerah setelah seharian sibuk dengan acara pesta yang padat itu.
Setelah selesai mandi dengan mengenakan daster, aku duduk di ruang keluarga sambil menonton TV. Kemudian Mas Ferry yang pada saat itu hanya bercelana pendek, kusuruh mandi. Mas Ferry untuk ukuran umum dapat dikatakan termasuk tampan. Warna kulitnya agak gelap kehitaman, pada wajahnya ada tumbuh rambut halus di dagu dan dadanya cukup bidang dengan tinggi badan berkisar 175 cm, otot-ototnya menonjol kuat.
Setelah selesai mandi Mas Ferry dengan santai duduk di sebelahku sambil ikut mengawasi televisi yang remotenya masih di tanganku, "Mar, apakah kamu capai?" tanya Mas Ferry. "Tidak Mas, memangnya ada apa?" jawabku lugu, karena memang aku sesungguhnya tidak menyadari apa yang seharusnya dilakukan oleh sepasang pengantin baru. Rupanya Mas Ferry yang telah sangat bernafsu, mendengar jawabanku itu, tanpa ba bi Bu segera menarik badanku dan membekapku erat-erat dan sebelum aku menyadari benar apa yang sedang terjadi, kedua tangan Mas Ferry dengan cepat segera menguak dasterku dan sekalian ditariknya lepas BH-ku sehingga kedua buah dadaku yang ranum segera seolah-olah melompat keluar. Mas Ferry terpesona melihat bentuk buah dadaku yang indah, yang warna kuning langsat dengan bulatan kecil coklat tua kemerahan, serta puting kecil menantang di ujungnya.
Aku mula-mula mencoba memberontak, akan tetapi aku segera sadar bahwa sekarang aku adalah istri dari Mas Ferry. Badanku segera dipeluknya dan disandarkan pada sandaran sofa, mulutnya langsung menuju puting susuku, kurasakan lidahnya lincah bergerak menjilat-jilat puting susuku, menimbulkan suatu perasaan aneh, geli yang tidak dapat kulukiskan, yang menjalar keseluruhan badanku. Hal ini membuat aliran darahku bertambah cepat dan badanku tiba-tiba merasa panas, puting susuku terasa semakin mengeras, sesekali kurasakan gigitan kecil gigi Mas Ferry menggores putingku. Pada bagian perutku kurasakan ada benda yang membonggol besar mendesak dan menekan hebat. Bibirku juga tak luput dari lumatannya, terasa habis dilumat bibirku, sampai aku tak bisa bernafas, aku mulai berkeringat dan tiba-tiba tangan kanannya mulai meluncur ke bawah menuju ke arah kemaluanku yang masih tertutup dengan CD, diselipkan tangannya di antara pahaku. Aku agak terkejut, sehingga otomatis kedua pahaku kututup rapat-rapat dan kedua tanganku memeluk Mas Ferry erat-erat, Mas Ferry semakin gencar saja melakukan aktivitasnya, kemudian ditarik dasterku sampai terlepas dan perlahan-lahan celana dalamku dilucuti juga sambil tersenyum.
Setelah itu dengan sigap direnggangkannya kedua pahaku, sehingga dengan leluasa Mas Ferry dapat melihat kemaluanku yang padat dengan bulu hitam keriting, tangannya mengocek kemaluanku yang sudah agak basah itu dengan halus, kemudian dimasukkannya jari tengah perlahan-lahan ke dalam lubang kemaluanku, sedangkan ibu jari dan jari jempolnya menekan bibir-bibir kemaluanku, membuka jalan dengan meminggirkan rambut kemaluanku. Klitorisku terasa kaku, sambil jari-jarinya bermain-main di kemaluanku, mulutnya menjilat dan menyedot buah dadaku sampai aku kegelian dan tiba-tiba dia berhenti menyedot buah dadaku dan badannya melongsor ke lantai dan kini Mas Ferry jongkok diantara kedua pahaku, yang dengan perlahan-lahan dikuakkan, sehingga terbuka dan kepalanya dimajukan kearah pangkal pahaku dan kurasakan mulutnya sudah menempel pada kemaluanku.
Merasakan lidahnya yang basah dan hembusan nafasnya pada pangkal pahaku membuatku menggelinjang kegelian, lebih-lebih ketika kurasakan lidahnya menyapu bersih ruang dalam kemaluanku yang telah basah itu, sambil tangan kanannya ikut membantu memainkan klitorisku. "Aaagghh.. Maass.. aduuh..!" aku mengerang-erang dan mengeliat-geliat kegelian, tapi dia tidak mempedulikannya, diteruskan aktivitasnya mempermainkan klitorisku.
Selang sesaat, aku disuruhnya duduk di lantai, diantara kedua kaki Mas Ferry yang duduk di atas sofa dan aku sangat kaget melihat benda bulat besar yang terletak diantara kedua paha Mas Ferry yang tegak menghadap ke atas, batang kemaluan Mas Ferry sungguh dahsyat, seperti batang kemaluan pemain blue film yang pernah dahulu satu kali kulihat di video yang diputar di rumah seorang teman wanitaku. Panjangnya kurang lebih 17 cm dengan kepalanya batang kemaluannya bulat besar seperti topi baja tentara dan batang batang kemaluannya berdiameter 3 cm, dilingkari oleh urat-urat yang menonjol. Mas Ferry hanya tersenyum saat melihat mataku yang terbelalak itu, sambil memegang batang kejantanannya dan digerak-gerakkan dengan tangannya, dia mengambil tanganku dan disuruhnya aku memegang batang kemaluannya. Alamak.. tanganku tak cukup melingkar pada batang kemaluannya yang besar dan panjang itu. Dalam posisi Mas Ferry duduk seperti itu, batang kemaluannya memanjang di atas perutnya sampai mencapai pusarnya. Aku merinding dan takut juga melihatnya benda panjang, bulat berwarna hitam mengkilap mendongak seperti belut besar itu.
Tanpa sadar badanku menggelinjang dan terasa ngilu pada perut bagian bawahku, membayangkan benda tersebut menerobos masuk ke dalam liang kewanitaanku yang kecil dan masih sempit itu. "Kenapa kok diplototin seperti itu!" tanyanya. "Eh.. aku heran kok, kayak gini besarnya ya? apa cukup nggak ya ini masuk ke dalam punyaku nanti?" jawabku sambil tetap memegangnya. Belum selesai aku melanjutkan omonganku, ditekan kepalaku ke arah perutnya dan disorongkan ujung batang kemaluannya ke mulutku, dan.. eehmm, mulutku tak muat menampung semua batang kemaluannya ke dalam. Kurasakan aneh juga seperti sedang mengulum es cream horn saja, aku mencoba melakukan seperti apa yang pernah kulihat pada VCD porno itu, aku mencoba memainkan lidahku dan mulutku maju mundur, sehingga batang kemaluannya menyembul tenggelam dalam mulutku. Tangannya juga tidak tinggal diam menggapai semua bagian tubuhku yang sensitif, sehingga aku semakin terangsang.
Aku mencoba menjilat-jilat pula buah zakarnya, pada ujung batang kemaluannya, kurasakan ada cairan bening sedikit cukup manis dan agak asin terus kuhisap sambil mencoba memasukkan kepala batang kemaluan Mas Ferry ke dalam mulutku, sampai mulutku tak mampu lagi menahan besarnya batang kemaluan Mas Ferry itu.
Setelah puas aku mencium batang kemaluannya dan mengisap-isap kepala batang kemaluannya, sampai mulutku terasa capek, kemudian.. "Mar, coba kamu tengkurap di pinggir sofa dan pegangi ujung sofa itu", perintahnya. Aku tidak mengerti maunya Mas Ferry, tapi kulakukan saja perintahnya, badanku setengah tengkurap di sofa dan kedua lututku berlutut di lantai sehingga pantatku terbuka, agak menungging ke atas. Tiba-tiba kurasakan batang kemaluan Mas Ferry dipukul-pukulkan pada pantatku sehingga aku kegelian, kemudian Mas Ferry menempatkan kepala batang kemaluannya menempel pada bibir kemaluanku dari belakang, rupanya Mas Ferry sudah akan melakukan penetrasi.
"Mass.. pelan-pelan yaa! jangan sampai sakit.. itunya Mas kan sangat besar!"
"Jangan takut yaangg.." dengan perlahan-lahan Mas Ferry mendorong batang kemaluannya, sehingga terasa kepala batang kemaluannya masuk sebagian dan terjepit oleh kedua bibir liang kewanitaanku yang masih ketat itu. Perutku tertekan pada pinggir sofa dan kedua tangan Mas Ferry memegang pinggulku dengan erat-erat, sehingga pantatku tidak dapat digerakan untuk menghindari tekanan batang kemaluannya pada liang senggamaku, Mas Ferry melanjutkan tekanannya ke lubang kemaluanku sehingga terasa lubang kemaluanku terkuak dan dipenuhi oleh benda besar, kepala batang kemaluannya tertahan oleh sempitnya lubang kemaluanku, dia mencoba mendorong lagi dan gagal untuk menerobos masuk.
"Aaah.. seret sekali ya, untuk menembus ke dalam.. susah juga kalo perawan", omongnya, akan tetapi Mas Ferry tidak kehilangan akal diambilnya hand & body lotion dan dioleskan pada kepala kemaluannya yang besar itu dan ke seluruh batangnya, kemudian dia mencoba lagi menekan secara perlahan-lahan sambil tangan satunya memegang batang kemaluannya dan tangannya yang lain membuka belahan pantatku. Perlahan-lahan tapi pasti kepala batang kemaluannya mulai menerobos masuk ke dalam liang kewanitaanku yang kecil dan masih sempit, aku agak panik sebab kurasakan agak pedih pada bagian dalam kemaluanku.
"Maass, udah ah.. nggak bisa masuk.. terlalu besar sih", pintaku.
"Sebentar.. tahan dulu ya.. ini udah nyampe sepertiga lho!" jawabnya sambil dengan tiba-tiba kedua tangannya memeluk bagian perutku dan menariknya ke atas dan seluruh berat badannya menekan punggungku serta pantatnya didorong ke depan menempel pada pantatku. Akibatnya seluruh batang kemaluannya mendesak masuk ke dalam lubang kemaluanku dan, "Ssreet.. sret.. sreett." Aku pun menjerit lirih, "Aaauu.. aduuhh!" aku menjerit dengan keras karena, kurasakan bagian bawahku seakan-akan terbelah dan batang kemaluan Mas Ferry terasa tembus ke perutku hingga terasa di kerongkonganku. Kedua tangan Mas Ferry tetap mendekap perutku dengan kuat, sehingga biarpun aku menggelepar-gelepar dengan kuat tetap saja batang kemaluannya bisa menerobos keluar masuk liang kewanitaanku.
Dengan pasti dan teratur Mas Ferry menggerak-gerakan pantatnya maju mundur sehingga lama-kelamaan batang kemaluannya mulai lancar keluar masuk pada kemaluanku. Aku mulai merasa kegelian yang tak tertahan, karena setiap kali batang kemaluannya ditekan ke dalam lubang kemaluanku, klitorisku ikut tertekan masuk, sehingga terasa sangat nikmat tergesek batang batang kemaluannya yang berurat itu.
"Aduhh.. eengg.. eennaak.. aahh.. aduuhh.. Mass.. teeruuskaan.. Mass!". Terasa lubang kemaluanku terisi penuh sehingga napasku menjadi ngos-ngosan. Akhirnya seluruh badanku bergetar dengan hebat sehingga tersentak-sentak, aku mencapai orgasme dengan dahsyat dan cairan licin membanjir dari dalam liang kewanitaanku, "Ooohh.. oohh.. aaduuhh.. eenaakk" dan kurasakan kenikmatan itu menyambung terus saat batang kemaluan Mas Ferry maju mundur di celah liang kewanitaanku. Setelah kenikmatan yang dahsyat itu melandaku, aku terkapar dengan lemas di sofa.
Kemudian Mas Ferry menepuk pantatku dan membalikkan badanku menghadap padanya, sehingga sekarang aku telentang di atas sofa dengan pantatku terletak di pinggir sofa dan kedua kakiku terjulur di lantai. Mas Ferry menguak kedua kaki lebar-lebar dan jongkok diantara kedua pahaku. Tangan kirinya menekan pinggulku dan ibu jari dan jari telunjukya menguak bibir kemaluanku, sedangkan tangan kanannya memegang batang kemaluannya yang ditempatkan pada bibir kemaluanku. Kepala batang kemaluannya digosok-gosokan sebentar pada bibir kemaluanku, juga pada klitorisku, sehingga aku mulai terangsang lagi dan badanku mulai menggelinjang. Melihat itu Mas Ferry mulai menekan masuk batang kemaluannya ke dalam kemaluanku, setelah itu Mas Ferry menggenjot batang kemaluannya keluar masuk, buah dadaku dibiarkan bergerak bebas mengikuti irama dorongan pantat Mas Ferry, sementara tangan Mas Ferry memegang pinggulku dan menariknya ke atas, pantatnya tetap bekerja maju mundur.
Saat batang kemaluan masuk, badanku terasa tertusuk geli tak karuan. Sesekali juga Mas Ferry menciumi buah dadaku sambil batang kemaluannya terus bergerak keluar masuk kemaluanku. Aku mulai merespon lagi dan berusaha dengan menggerakkan pantatku memutar ke kiri dan kanan. Batang kemaluan Mas Ferry terjepit dan terpelintir mengikuti gerakan pantatku, dia pun mulai mengerang dengan kuat. Dipegangnya kedua buah dadaku kuat-kuat dan ditarik masukkan batang kemaluan besarnya berulang-ulang sampai aku mulai kewalahan.
"Aaahh.. Maarr.. aku mau keluar niihh!" erangnya, kupercepat menggoyang pantatku karena aku tak mau menyia-nyiakan keadaan ini, aku ingin juga memberikan pada Mas Ferry kepuasan maksimal dan, "Aaahh.. aduuhh.. oohh!", diikuti oleh, "Ssreet.. sreett.. sreet.. croott.. croott.." Mas Ferry menekan kuat-kuat pantatnya, sehingga seluruh batang kemaluannya terbenam ke dalam kemaluanku dan buah pelernya menempel ketat pada lubang anusku. Aku merasa sangat geli dan terangsang dan kurasakan semprotan hangat air mani Mas Ferry menyemprot ke dalam liang kewanitaanku dan saking banyaknya terasa penuh liang kewanitaanku sehingga sebagian terasa mengalir keluar membasahi anusku dan menetes di sofa.